tadi sore,
aku calit sendu pada perca,
berhasil lekit hingus duka,
waktu,
matahari mengabur,
bersama aurora jingga di langit senja,
yang di lewat sorenya, tirai malam melabuh ,
dan bulan terang separuh tanpa ada bintang tegar menyuluh.
lalu terlihat,
bulan berhasil loloskan gemintarnya,
dengan terang yang berkelajuan cahaya.
mungkin aku perlu ikut cara sama, dan,
mungkin aku harus tegar juga lampiaskan segala,
tanpa perlu aku perdayakan hati bahawasa,
bakalan ada yang bertandang mendingin gelodak di jiwa raga.
ya, kerna warasnya,
andai kita bukanlah prioritas buat mereka, kita sudah boleh siap-siaga,
kerna detik tersambil-lewanya kita, kita bisa angkuh bangkit dan berkata padanya,
"aku 'gak perlu siapa-siapa kerna di waktu galauku, kau cuma tegar mabukkan aku dengan canduan kata semata, tanpa kau datangkan dengan sesuatu yang dipanggil 'ikhlas', tanpa kau rencahkan dengan sesuatu yang dipanggil 'rasa''."
tapi juwita, khabarkan padaku, tolong,
apa mungkin sebenarnya ini cuma egoku semata-mata?
1 ulasan:
woi tak boleh ego-ego.
Catat Ulasan